Poligami & Harus Mendahulukan Yang Mana: Suami Atau Anak?

Pernikahan & Keluarga, 7 September 2016

Pertanyaan:

Tadinya saya (40th) janda (cerai) anak satu (pria 16thn). Bertemu dengan seorang pria (30th) yang awalnya mengaku single dan menyatakan suka kepada saya karena penampilan saya yang syar'i. Dia tadinya tidak shalat, kemudian rajin shalat setelah bertemu saya. Kemudian saya ketahui dia sudah beristri dan memiliki 2 anak. Dia menyesal karena bohong, minta maaf & minta diberi kesempatan untuk tetap dapat berhubungan dengan saya.
Saya telah menolak dan jelas-jelas menjauh namun dia tetap mengejar, ke rumah dan ke kantor saya.
Saya minta ke dia: kalau mau dengan saya, lakukan dengan cara yang benar menurut islam, yaitu minta izin istri untuk menikah lagi. Ternyata dia lakukan dan setelah melalui proses yang berat sekarang kami alhamdulillah sudah menikah. Saya bersedia menikahi dia demi menghindari zina dan fitnah karena saya juga sudah sempat tumbuh rasa suka padanya.

Hubungan saya dengan dia, istri dan anak2nya sekarang alhamdulillah baik. Istrinya yang tadinya tidak shalat dan jarang berkerudung juga sekarang shalat 5 waktu dan berhijab.
Dia menggilir saya 2 hari dalam seminggu, dan 3 hari untuk istri pertama (34th) dan Sabtu-Minggu adalah hari keluarga dimana kami semua berkumpul tapi malamnya dia tetap tidur dirumah istri pertamanya dengan alasan sudah ada anak dari istri pertama yang masih kecil dan butuh perhatian. Saya ikhlas dengan pembagian ini.
Tapi sekarang suami saya mulai menuntut agar dia dan istri dan anak2nya diijinkan tinggal dengan saya dirumah saya& anak saya, sementara anak saya masih kurang setuju saya menikah dengan dia. Alasan suami saya adalah agar setiap hari kami semua berkumpul.
Dan suami saya mulai mengatur-atur anak saya seperti tidak boleh bawa teman2nya kerumah terlalu banyak karena berisik dan klo sudah sore teman2nya harus pulang, padahal saya tidak masalah kalau anak2 dari suami saya selalu berisik dirumah saya.

Disatu sisi saya ingin patuh pada suami, disisi lain saya ingin memenuhi kebutuhan anak remaja saya yang menurut saya sedang tumbuh dalam koridor yang benar tapi menurut suami saya terlalu dimanjakan oleh saya.
Dari awal saya tidak mau menikah lagi adalah karena takut suami akan mencampuri cara saya mendidik anak dan sekarang terjadi.

Saya sudah bilang pada suami bahwa saya siap hidup satu atap, dan membawa serta anak saya, dengan catatan suami yang menyediakan rumahnya.
Suami saya belum mampu. Dia maunya tinggal dirumah saya tapi makan dan biaya listrik dia yang tanggungjawab.

Pertanyaan saya:
1. Manakah praktek poligami yang paling benar, apakah mengumpulkan istri2 dalam satu atap atau atau dipisah?

2. Apakah yang harus saya lakukan atas keinginan suami untuk tinggal dirumah saya dengan membawa anak istrinya sementara anak saya membenci mereka? Haruskah saya mendahulukan suami atau anak?

Terimakasih sebelumnya.

-- Ethika Fitriani (Jakarta Selatan)

Jawaban:

wswrwb...
Semoga ALLAH merahmati anda sekeluarga dan senantiasa mempermudah segala urusan anda

Rumah itu milik anda dan anak anda....seharusnya suami anda tidak memaksakan kehendakkanya untuk tinggal di sana dan bersama istri pertamanya. Apalagi anak anda tidak suka.

Seharusnya tugas utama anda dan suami adalah mengambil hati anak anda...dekat dengannya dan mendapat pengakuan dari anak anda bahwa dia adalah anak yang baik dll

Bicarakan baik baik dan tidak ada istilah mendahulukan yang mana? tapi harus baik untuk semuanya

Berpoligami ; semuanya serumah atau tidak tergantung pertimbangan baik dan buruknya.

WaLLAHU a'lam

-- Selamet Junaidi