Assalaamu'alaykum...
Ustadz, izinkan sy bertanya perihal rumah tangga saya...
Sy ibu rumah tangga sekaligus berdagang...suami jg berdagang..dalam berdagang sy lebih di depan dari pada suami, baik dalam tenaga maupun pikiran...suami sy menganggap sy "ngoyo"..sedangkan sy berpikir itu kerja keras...jadi dalam berdagang omset sy jauh lebih besar...sy sebenarnya tidak masalah dengan itu, tp suami sy sering mengeluh capek, karena membantu saya...sehingga sering menimbulkan keributan...jika sy berhenti berdagang, suami juga tidak mengizinkan karena kebutuhan rumah tangga tidak terpenuhi...
Suami sya menganggap sy sombong karena hal itu...sy sering marah karena sya lebih cape...suami saya sering tidur siang tp menganggap tidak pernah istirahat..karena sore harus membantu sya kepasar...
Hal itu sering menimbulkan keributan..selain itu suami yang dulu bisa sy anggap tempat untuk menggantungkan diri tidak terwujud..dalam hal nafkah maupun agama...suami sy sudah tidak pernah sholat di masjid dan tidak pernah mengajak sy ta'lim...
Yang ingin sy tanyakan, apakah hal ini kebencian terhadap suami yang bersumber dr syaithan...sy sering berpikir ingin bercerai...nasehati sy ya ustadz...sy harus bagaimana karena sy sudah malas berbicara dengan suami, dan suami sy juga tidak pernah mengajak sy berbicara...
Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu.
Salah satu risiko yang harus dihadapi pasangan yang sama-sama bekerja, apalagi perkerjaannya sama, adalah terjadi persaingan dan jika suami kalah maka suami merasa rendah diri, dan merasa tidak bisa menjadi kepala keluarga. Meskipun persaingan itu tidak terucap dan tidak tampak. Dampaknya adalah suami justru kurang bergairah dalam bekerja dan tidak tangguh menghadapi tantangan. Lebih berbahaya lagi jika dia kemudian menyerah dan berpangku tangan dan hilang gairah hidupnya. Dia akan merasa malu dihadapan orang lain karena dia tidak lebih berhasil dari istrinya.
Sebagai kompensasinya dia mudah marah,mudah tersinggung, mudah capek karena tidak bergairah bekerja, ketika dia membatu istrinya dia merasa menjadi “pembantu” bagi usaha istrinya, sehingga cenderung dia ogah membantu.
Mungkin bagi Anda sebagai istri tidak mengganggap itu sebagai masalah, tapi otak bawah sadar laki-laki itu masalah. Maka nasehat yang bisa kami sarankan adalah:
إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau” (HR Muslim )
Wallahu a’lam bi shhowab. (as)