Suami Yg Pemalas

Lain-lain, 29 Maret 2021

Pertanyaan:

Suami saya pemalas,dia tdk mau bekerja tdk mau mmbantu pekerjaan rmh tangga, dia habis kan wktu ny untuk tdr, dia pun pmbohong dan pelit mslh keuangan. dia pun msh snang nongkrong sma tmn tmn ny.sy smpat ingin becerai,tp saya takut dgn masa dpn anak anak sya.



-- Efni (Sukabumi)

Jawaban:

Walaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu.

Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, keluarga yang tenang dan penuh kasih sayang, dan lahir dari keluarga itu keturunan yang baik yang akan melanjutkan kebaikan orang tuanya. Untuk tujuan itu maka ada pembagian peran dalam keluarga. Suami menjadi pemimpin keluarga yang bertugas memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya, baik kebutuhan finansial maupun kebutuhan sosial. Sementara istri bertugas menjadi pengelola dan pengatur dalam urusan rumah. Rasulullah bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika suami tidak bisa memenuhi tugas yang seharusnya, tidak memberi nafkah karena tidak malas bekerja dan tidak memfungsikan dirinya sebagai pemimpin keluarga, yang justru dilakukan adalah bermalas malasan, suka nongkrong dan abai terhadap urusan keluarga, maka pilihan ada di tangan Anda, apakah Anda mau bersabar dengan kondisi yang sekarang, itu bisa menjadi pilihan yang baik, asal Anda bersabar karena ada balasan yang besar dari Allah bagi orang yang bersabar, atau Anda lebih memilih untuk berpisah, itu juga diperbolehkan.demi masa depan Anda dan  keluarga Anda.

Tapi sebelum pilihan berpisah Anda jadikan pilihan, maka lakukan usaha untuk mengubah perilaku suami Anda untuk menjadi lebih baik dan lebih bertanggung jawab terhadap kelaurganya. Berikut beberapa saran yang bisa Anda coba lakukan:

  1. Berikan pemahaman kepada suami Anda, bahwa perilakunya itu salah. Anda bisa melakukannya sendiri atau bisa melalui orang lain yang dapat dia percaya. Pemahaman dan kesadaran akan satu kesalahan adalah awal perbaikan diri. Tidak ada gunanya nasehat dan pengajaran kepada orang yang tidak menyadari kesalahannya. Jika orang merasa benar dengan apa yang dilakukannya, maka dia tidak akan berhenti malakukannya.
  2. Biarkan suami Anda merasakan akibat dan dampak dari perilakunya yang buruk itu. Karena malas bekerja maka akibatnya tidak bisa mencukupi kebutuhannya, karena malas membantu keluarga, maka akibatnya Anda tidak bisa menyiapkan kebutuhannya, karean dia pelit maka dia hanya mendapatkan makan yang tidak cukup dan seterusnya. Banyak orang menyadari kesalahan ketika dia menerima akibat dari perbuatannya.
  3. Suami yang tidak bertanggung jawab terhadap keluarga masuk dalam kategori suami nusyuz. Solusinya adalah dengan melakukan ishlah atau perdamaian untuk perbaikan keluarga, dengan melibatkan kedua keluarga besar suami dan istri. Masing-masing keluarga mengutus orang untuk melakukan perbaikan untuk suami nusyuz dan menasehati serta menyadarkan kesalahan yang dilakukannya. Allah berfirman:

وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ ۚ وَإِنْ تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nisa [4] ; 128)

Masalah keluarga ketika terjadi maslah yang tidak bisa dipecahkan sendiri oleh pasangan suami dan istri maka melibatkan kelaurga beasar adalah satu solusi rabbani.

Jika segala upaya sudah Anda coba lakukan,kemudian suami Anda tidak melakukan perubahan, maka saatnyalah Anda memilih untuk bersabar dengannya atau berpisah darinya.Wallahu a’lam bishowab. (as)



-- Amin Syukroni, Lc