Sulit Menolak Orang Yang Meminta Bantuan

Lain-lain, 26 Mei 2017

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum Ustadz,

Singkatnya, adik saya kesulitan utang dan dikejar-kejar pihak penagih dan akhirnya saya merelakan semua tabungan saya untuk membayarkan utang adik saya tersebut.

Setelah itu saya mulai kembali mengumpulkan uang dari nol, dan ketika saya pikir semua sudah berakhir, ternyata adik saya masih memiliki tanggungan utang kepada temannya.

Temannya mengaku kesulitan menghubungi adik saya karena adik saya tidak sanggup melunasinya (dan memutuskan kontak) hingga kemudian temannya itu menghubungi saya. Dia sendiri sedang kesulitan dengan kondisi sedang ditagih pihak bank karena menunggak sekian bulan.

Tadinya saya mau menolak karena saya sendiri sedang kesulitan keuangan, tapi saya tidak pernah sanggup berkata "tidak" apalagi orang yang bersangkutan sedang terhimpit. Akhirnya saya memutuskan untuk menyicil utang tersebut hingga akhirnya lunas tetapi tanpa sepengetahuan adik saya.

Dengan kondisi saya seperti ini, saya berkali-kali mengalami kebingungan karena tidak tahu harus makan apa besok sebagaimana yang kembali saya alami saat ini. Saya sendiri masih sempat menyisihkan uang untuk kedua tua saya yang sudah pensiun dan salah satunya sedang sakit-sakitan.

Dari berbagai ceramah yang saya simak, saya tidak boleh menceritakan penderitaan saya kepada orang lain dan berusaha sebisa mungkin berlaku seperti biasa dan alhamdulillah tidak ada satupun keluarga atau rekan-rekan saya yang mengetahui keadaan saya sesungguhnya.

Pertanyaan saya:

1. Saya masih menyisihkan uang untuk beramal karena saya ingin sekali menyumbang terutama kepada anak-anak kurang mampu, dan kebetulan tengah bulan Ramadhan akan ada donasi untuk anak-anak kurang mampu, uang itu sudah saya sisihkan dan rencananya akan saya serahkan kepada mereka. Akan tetapi, kondisi saya sudah tidak ada uang sepeserpun untuk makan. Saya pun berusaha untuk sabar dan tidak mengeluh kepada orang lain, hanya kepada Allah saya merengek. Saya sampai saat ini tidak sanggup menyentuh uang yang saya sisihkan untuk anak-anak kurang mampu itu karena takut kualat. Saya tidak mau mengemis-ngemis minta belas kasihan orang, karena ironis rasanya saya berusaha sabar membantu orang tapi pada akhirnya malah meminta belas kasihan kepada orang lain dalam kondisi seperti ini. Saya juga tidak mau tauhid saya menjadi rusak. Tetapi bagaimana saya harus mengurus diri saya dengan kondisi begini?

2. Beberapa waktu terakhir ini saya banyak bertanya kepada Allah, katanya kita harus mengutamakan meringankan kesusahan orang lain agar Allah bantu meringankan kesusahan kita. Saya merasa sudah maksimal dan malah tidak berdaya untuk menolong diri sendiri saat ini, sementara orang-orang yang saya bantu sudah terpenuhi semua hajatnya, bukan adik saya saja, tetapi penjaga kos yang waktu itu meminta bantuan uang untuk pernikahan anaknya pun sudah terlaksana hajatnya. Saya tidak pernah sekalipun menolak apalagi menghardik mereka karena perasaan iba saya melebihi perasaan kesal saya. Tetapi mengapa justru kondisi saya yang malah berbalik menjadi terhimpit?

3. Saya jadi mulai berprasangka buruk kepada Allah, boro-boro mau diganti 700 kali lipat, satu kali lipat saja tidak kembali. Saya sendiri punya permohonan dan cita-cita dalam hidup ini. Dengan kondisi saat ini, saya merasa sangat putus asa, seolah-olah semua yang saya cita-citakan mustahil untuk terwujud mengingat mau makan saja sulit dan yang lebih buruk saya mulai merasa kapok untuk menolong orang lain karena pada akhirnya malah saya yang menderita. Mohon pencerahannya Ustadz, karena Ustadz orang pertama yang saya ceritakan hingga detil (walaupun tentunya tidak serinci keadaan saya sesungguhnya) dan saya rasa cukup untuk menggambarkan kondisi saya. Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza.

Semoga Ustadz selalu dalam lindungan Allah.



-- Guntur (Jakarta)

Jawaban:

Wswrwb.

Mas Guntur yangpasti dimuliakan dan dirahmati ALLAH swt.

SubhanaLLAH sungguh anda luar biasa, bisa melakukan tersebut, sampai anda sendiri menderita.

Anda jangan pernah menyesali apa yang sudah anda lakukan karena ALLAH TIDAK PERNAH MENYALAHI JANJINYA.

Anda harus faham bahwa balasan yang ALLAH berikan bisa jadi:

a. Di dunia tetapi waktunya bisa disegerakan atau ditunda ( kita harus sabar menunggu, jangan prasangka buruk pada ALLAH)

b. Ditunda di Syurga nanti

c. Dibalas dalam bentuk selamat dari bahaya baik itu penyakit, kecurian, bencana dll.

Kalau anda yang sedang susah , semestinya anda yang bera mendapat bantuan, tapi kalau anda tetap mendahulukan orang lain ya boleh boleh saja tapi tidak harus, termasuk mencicil hutang adik anda.

Nah adik anda harus diceritakan dan harus tahu bahwa anda sudah membayar hutangnya.... sampaikan apa adanya,sampai anda susah seperti ini, agar dia sadar.

WaLLAHU a'lam



-- Selamet Junaidi