assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Permisi ustadz saya mau bertanya sesuatu, ini adalah topik yang sudah pernah dibahas sebelumnya yaitu perihal terkait was was. Ustadz saya berkali kali terkena penyakit was was, entah itu was was berupa bisikan yang menghina Allah, was was wudhu saya sah atau tidak dan lain lain. Dan saya terus berdoa agar saya dijauhkan dari was was ini.
Nah, terkait jawaban ustadz nih yang mana pertanyaannya berjudul "was was mematikan"(28 juni 2024) pikiran mematikan (2 mei 2024) disitu ustadz me jelaskan yang kesimpulanya, was was harus dihindari total, diabaiakan dengan berbagai metode yang ustadz sampaikan.
Nah yang membuat saya bingung, pertanyaan baru baru ini yang berjudul "was was bisikan murtad" (25 juli 2024) was was akidah ( 25 juli 2024) was was murtad (24 juli 2024). Kenapa jawabanya tampak berbeda, yang mana pertanyaanya mengarah pada konteks yang sama. Yang mana di pertanyaan yang lama ustadz menyarankan untuk mengabaikan was was itu secara total. Namun untuk yang baru- baru ini di topik yang sama anda malah memberikan dalil tentang hukum kafirnya orang yang menghina Allah, bukan solusi untuk terhindar dari bisikan-bisikan yang menghina allah itu. Padahal kalau saya lihat, apa yang dicurhatkan natizen di bulan 24 juli-25 juli terkait was was itu adalah, dia sedang berada dalam kebingungan kenapa muncul pikiran menghina Allah, yang mana itu bukan kehendaknya atau kemauanya bilang itu, tapi karena bisikan setan, munculah pikiran-pikiran jahat itu, dan itu adalah pertanyaan yang hampir sama dengan di 28 juli 2024 yang mana tentang was was. Kenapa ustadz tidak memberikan solusi tentang agar terhindar dari was was yang menghina alllah, tapi malah memberi dalil tentang kafirnya orang yang menghina allah? Padahal kan kalau mengacu di jawaban lama ustadz , itu adalah was was harus dihindari , yang artinya celaan menghina Allah itu bukan kehendak dia, tapi syetan. Yang mana kalau bukan kehendak dia, berarti dia gak murtad dong ustadz?
Maaf ustadz, saya berkali kali pernah menderita was was Kronis, salah satunya adalah was was tentang bisikan yang menghina Allah. Dan alhamdulilah, saya bisa lepas dari bisikan menghina Allah ini berkat pertolongan allah. Dan mohon, pencerahanya terkait jawaban ini ustadz , agar orang yang was was karena diganggu bisikan syetan itu tidak semakin bingung dengan fikih yang ustadz sampaikan. Karena solusi yang dulu yang mana ustadz bilang wajibnya menghindari was was dan sekarang berbeda ,jawaban ustadz yang sekarang adalah memberikan dalil tentang kafirnya orang yang menghina allah kepada orang yang terkena was was menghina Allah. Yang mana seharusnya orang was was seperti itu tidak dihukumi menghina Allah menurut dalil yang ada dan pendapat semua ustadz.
Mohon pencerahanya ustadz biar orang yang was was itu tidak semakin bingung, dan tidak semakin kronis penyakitnya karena tanpa diberi solusi keluar dari was was , dikhawatirkan dia akan semakin parah was wasnya(terkait pertanyaan di 24-25 juli 2024. "Was was bisikan murtad" "was was akidah" "was was murtad")
Wa'alaikumussalaam wrwb.
Terima kasih atas semua masukannya dan semoga Allah berkenan untuk memberikan yang tebaik untuk kita semua
Jadi begini, was was atau bisikan murtad atau kufur yang ada dalam hati kita dan tidak kita niatkan atau tidak diucapkan, in syaa Allah tidak menyebabkan kekafiran, selama kita langsung ingkari. Dan semoga perasaan gelisah dan upaya anda menanyakan perihal bisikan jahat tersebut, adalah sebagai bentuk pengingkaran. Sebagaimana yang telah diupayakan oleh sebagian sahabat Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang mengalami pengalaman yang sama, mereka merasakan kesempitan dada kemudian curhat kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Bahkan reaksi hati kita untuk gelisah, tidak tenang, kemudian bertanya solusi, adalah tanda kejujuran iman.
Karenanya, disamping kita wajib untuk berupaya melawan was was tersebut, maka seyogyanya kita sertai dengan upaya optimal untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbaiki ibadah ibadah kita yang wajib dan yang sunnah dan lebih memperbanyak do'a kepada Allah, terutama do'a do'a memohon perlindungan
Ada beberapa do'a, yang bisa kita panjatkan kepada Allah untuk berlindung dari kejahatan bisikan-bisikan buruk itu. Diantaranya adalah berikut :
1) Tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
يأتي الشيطان أحدكم فيقول من خلق كذا ؟ من خلق كذا ؟ حتى يقول من خلق ربك؟! فإذا بلغه فليستعذ بالله ولينته
“Setan akan mendatangi salah seorang di antara kalian, lalu dia akan bertanya, ‘siapa yang menciptakan ini, siapa yang menciptakan itu?”
Hingga akhirnya dia bertanya, “Siapa yang menciptakan tuhanmu?”
Jika sampai kepadanya hal tersebut, maka hendaknya dia berlindung kepada Allah (berta’awwudz) dan berhenti (tidak meneruskan).
Inilah doanya, membaca ta’awwudz :
A’UDZUBILLAHI MINAS SYAITHOONIR ROJIIM
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
2). Atau dengan memperbanyak membaca surat An Nas. Karena di dalam surat ini, terdapat doa berlindung dari bisikan-bisikan setan yang terkutuk..
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ *مَلِكِ ٱلنَّاسِ * إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ *مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ * ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ * مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Aku berlindung dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” (QS.An-Nas, 1 – 6)
Nabi shalallahu alaihi wa sallam selalu rutin membaca surat ini, bersama surat Al Falaq dan Al Ikhlas, setiap pagi dan petang, masing-masing dibaca tiga kali.
Dari Abdullah bin Khubaib –radhiyallahu ‘anhu-. Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– pernah bersabda kepadanya:
قُلْ : ” قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ” ، وَالمُعَوِّذَتَيْنِ ، حِينَ تُمْسِي وَتُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Katakanlah: “Katakanlah bahwa Allah itu Maha Esa” (surat Al-Ikhlas), dan kedua surat perlindungan (surat Al-Falaq dan An-Nas), pada waktu sore dan pagi hari, sebanyak 3x. Niscaya kamu akan dicukupkan dari segala sesuatu”.
(HR. Tirmidzi: 3575 dan telah dishahihkannya, Abu Daud, dishahihkan oleh Nawawi di dalam Al Adzkar: 107)
Demikian pula setiap selesai shalat.
Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku agar membaca surat Al-Mu’awwidzat (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) setiap selesai menunaikan shalat.” (Sahih; H.R. Abu Daud, no. 1523; Shahih Sunan Abi Daud, no. 1348)
Demikian, semoga Allah berkenan untuk memberikan kemudahan, taufiq dan ridho-Nya. Wallahu a'lam bishshawaab
Wassalaamu 'alaikum wrwb.