Istri Nusuz?

Pernikahan & Keluarga, 9 November 2020

Pertanyaan:

Assalamualaikum ustadz,

Saya seorang ibu 1 anak. Saya sudah berumahtangga selama 16 tahun. 

Ustazah, suami saya sering sekali bilang kalo saya istri yang tidak patuh, sering ngambek, dan melawannya. Padahal yang saya lakukan adalah ingin membenarkan apa yang diucapkan/dilakukan. Saya selalu mengingatkan jika suami melakukan kesalahan-kesalahan, mengajaknya sholat, atau apapun untuk tujuan kebaikan.

Saya memang bukan istri yang sempurna ustad, saya mengakui saya banyak kekurangan. Tapi saya selalu berusaha memenuhi kewajiban saya kepada suami, dari mulai suami bangun tidur sampai tidur lagi.

Soal melawan suami, awalnya saya selalu mengingatkan dengan kata2 yang lembut, sekali, dua kali, saya masih sabar. Bahkan kadang saya diamkan. Tapi lama kelamaan, saya tidak sabar dan kadang meninggikan suara saya. 

Entah itu untuk persoalan kecil, sampai urusan agama. 

Suami saya sangat susah untuh diajak sholat. Saya kadang jengkel waktu suami saya diajak untuk melaksanakn sholat atau ibadah lain, tidak mau melakukannya. Kalo saya sudah meninggikan suara saking jengkelnya, baru suami bergerak. Itupun dibarengi dengan marah2 dan menyalahkan saya.

Puncaknya, suatu malam kami bertengkar, karena saya "mendatangi" suami, tapi suami tidak mau meladeni. Saya ngambek ustad. Akhirnya kami bertengkar malam itu.

Paginya, saya sudah meminta maaf pada suami dan suami juga menanggapinya dengan baik. Tapi ternyata, pagi itu adalah pertemuan kami yang terakhir. Suami pergi dari rumah tanpa pamit dan udzur yang jelas. Pergi begitu saja meninggalkan saya dan anak saya. 

Setelah itu saya baru tahu kalau ternyata suami saya telah berselingkuh selama 2 tahun. Dan saat ini pergi dengan selingkuhannya ke rumah orang tua selingkuhannya di jawa barat. Dan selama itu, selingkuhan suami dikoskan di dekat rumah kami. Itu kenapa akhirnya saya tahu kenapa suami sering sekali keluar rumah malam-malam. Ternyata untuk menemui selingkuhannya di rumah kos. Saya tahu dari gps di hp suami saya, yang kebetulan saya tahu password emailnya. 

Saya tahu perselingkuhan itu dari email gps hp suami saya. Saya dapat semua bukti2 perselingkuhan mereka, berupa invoice hotel2 short time. Selingkuhan suami saya juga statusnya masih istri orang, ustad.

Hari kedua suami pergi, saya masih bisa menghubungi suami, dan saya mencari tahu kebenaran akan perselingkuhannya. Suami mengakuinya, dan mengatakan kalau kholaf sampai melakukan hubungan suami istri. Setelah itu suami marah2 dan menyalahkan saya atas semua yang terjadi. Saya dibilang istri yang tidak patuh, tidak taat suami, tidak menghormati dan meremehkan suami. Pokoknya suami menyalahkan saya atas perselingkuhannya. 

Saat itu saya juga membujuknya untuk pulang, dengan niat untuk memperbaiki rumah tangga kami. Tapi suami bilang, saya dan suami harus instropeksi diri masing2. Saat itu suami berpesan, tolong jaga anak kami. Karena suami mengatakan tidak akan pulang dalam waktu dekat. Dan suami minta untuk tidak mencari atau mengkhawatirkannya. 

Setelah itu, suami sama sekali tidak bisa dihubungi. Keluarga suami juga tidak tahu dimana keberadaannya. Saya sudah berusaha semampu saya untuk mencari suami saya, tapi belum membuahkan hasil. Saat ini sudah 3 bulan suami pergi dan tidak ada kabarnya.

1. Ustazah, melihat kondisi tersebut, apakah saya termasuk istri nusyuz? Saya sangat takut Allah tidak ridho pada saya, karena ridho Allah ada pada ridho suami. Saya takut Allah akan murka kepada saya ustazah.

2. Apakah suami saya telah berlaku dholim dengan meninggalkan saya dan anak tanpa pamit, tanpa udzur yang jelas, dan tanpa memberikan nafkah lahir batin?

3. Apa yang harus saya lakukan menghadapi situasi semacam ini? Saya masih ingin mempertahankan dan memperbaiki rumah tangga, tapi saya tidak tahu caranya bagaimana, ketika suami saya tidak jelas kabarnya. 

4. Apabila jika suatu saat karena saya sudah tidak bisa menahan ini, apakah saya diperbolehkan mengajukan khulu'? Saya khawatir tidak bisa mencium bau surga jika saya mengajukan khulu', ustad. 

Saya sangat bingung, ustad. Mohon pencerahannya.

Terima kasih ustad.

Wassalamualaikum.



-- Andini (Bandung)

Jawaban:

Wa'alaikumussalaam wrwb.

Siapapun dari kita yang berkeluarga, tentu menghendaki kedamaian dalam kehidupan rumahtangganya, karena hanya dengan suasana damai sajalah, suami istri akan bisa membangun dan mengatur rumah tangganya dengan baik

Namun yang namanya problem dan masalah keluarga itu memang bisa terjadi dalam rumah tangga siapa saja, termasuk di keluarga anda tentunya, sebagaimana anda telah ceritakan, tetapi yakinlah bahwa anda tidak sendirian

Dan ketika terjadi masalah dalam keluarga yang bisa menyebabkan hilangnya suasana damai, mestinya harus segera diupayakan untuk diurai dengan berbagai cara, agar suasana damai bisa kembali bisa dirasakan bersama.

Upaya untuk mengurai masalah tersebut bisa dimulai dan in syaa Allah akan efektif, kalau ada kesiapan suami istri untuk membangun komunikasi yang baik, dengan masing2 menyampaikan masalah yang dirasakan, dilanjutkan dengan  saling memberikan masukan, memusyawarahkan masalah yang ada, dan bila diperlukan bisa dengan menghadirkan fihak ketiga yang mempunyai kompetensi untuk menjadi penengah

Tetapi yang jadi masalah adalah ketidak jelasan keberadaan suami anda sehingga upaya untuk membangun komunisai menjadi sulit, yang karenanya menurut pendapat kami segeralah komuniukasikan masalah rumahtangga anda tersebut kepada keluarga besar anda dan keluarga besar suami anda, upayakan dengan cara yang baik agar bisa bertemu untuk memusyawarahkan masalah yang sedang anda hadapi dalam rangka mencari solusi terbaik

Kepergian suami anda dengan tanpa meninggalkan pesan dan bahkan dengan mengabaikan kewajibannya sebagai suami dan sebagai bapak bagi anaknya adalah sebuah kedzoliman

Ada satu hal yang mesti anda lakukan ditengah anda berupaya untuk mencari solusi adalah mendekat kepada Allah dengan memperbaiki ibadah anda dan berdoa dengan sungguh kepada Allah agar berkenan untuk membuka hati suami anda sehingga segera kembali pulang untuk kembali membangun rumah tangganya

Dan apabila upaya optimal sudah anda lakukan, tetapi suami tetap dengan sikapnya, maka barangkali berpisah dengan menggugat cerai suami ke pengadilan bisa menjadi langkah terakhir yang bisa anda tempuh, dan dalam kondisi yang seperti itu in syaa Allah anda tidak termasuk wanita nusuz

Demikian, semoga Allah berkenan untuk memberikan kemudahan, taufiq dan ridho-Nya

Wallahu a'lam bishshawaab

Wassalaamu 'alaikum wrwb.



-- Agung Cahyadi, MA