Durhaka Kepada Kedua Orangtua

Akhlaq, 24 September 2020

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ustadz, saya dulu sewaktu SMP saat pulang sekolah saya main dulu ke rumah teman, lalu ibu saya menyuruh saya pulang melalui whatsapp, lalu saya jawab tidak karena saya masih mau main karena saya jarang keluar rumah dan itu membuat saya bosan. Lalu ibu saya marah dan menyebut saya durhaka ustadz.. Lalu saat itu saya pulang.

Beberapa waktu kemudian, mungkin satu tahun kemudian, saya lupa tepatnya kapan, saya takut dan menanyakan ke ibu saya apakah saya anak yang durhaka? Tetapi ibu saya bilang "engga sayang, gak durhaka" lalu saya bilang lagi kepada ibu saya dan mengatakan kalau dulu ibu pernah bilang saya durhaka saya jadi takut ustadz, terus ibu saya bilang tidak

Kemudian, karena kedua orangtua saya berpisah, ayah saya mempunyai pacar dan pacarnya berganti-ganti, pertama saya tidak suka mereka, apalagi pacaran itu dilarang dalam islam dan saya tidak suka mereka, 

Kemudian saya 'judes' kepada mereka ketika mantan pacar ayah saya ke rumah ayah saya (ketika saya tinggal di rumah ayah). Itu membuat ayah sedih dan nenek saya bilang saya harus sopan padanya agar mengjormati ayah. Lalu ayah seperti sedih dan marah pada saya tapi ayah diam saja mungkin marahnya dipendam. Saya tadi baru tahu kalau anak yang durhaka adalah yang menyakiti hati orangtua, tidak menghormatinya, tidak sopan padanya(saya pernah tidak sopan pada ayah saya beberapa waktu), dll

Apakah saya durhaka ustadz? Saya baca di internet kalau anak yang durhaka itu tergolong kafir apa itu benar? Saya baru tahu kalau anak durhaka itu adalah yang seperti itu, apakah shalat saya yang lalu masih diterima dan sah karena saya selama ini tidak tahu? Karena saya kira durhaka itu ketika orangtua bilang durhaka pada anak.. 

Apakah taubat tidak diterima oleh Allah jika saya tidak meminta maaf kepada kedua orangtua saya? Bagaiamna cara bertaubat yang benar bagi dosa besar saya ini ustadz, mohon penjelasannya ustadz, maafkan saya ustadz apabila tulisan saya terlalu panjang, Barakallahu fiikum

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

 



-- Siti (nama Samaran) (Bandung)

Jawaban:

Wa alaikum salam  warahmatullahi wabarakatuhu.

Sebelum menjawab semua pertanyaan diatas kami sampaikan terlebih dahulu tentang kewajiban anak berbakti kepada kedua orang tua dan larangan durhaka kepadanya, yaitu perilaku menentang dan menyakiti perasaan orang tua.

Allah berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24]

Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua,jika orang tua ridla dan senang maka Allahpun demikian. Rasulullah bersabda:

رضا الله في رضا الوالدين, و سخط الوالدين

’Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua.’” (HR At-Tirmidzi dan dishahihkan Ibnu Hibban dan

Untuk menjawab semua pertanyaan diatas kami buat beberapa poin berikut:

  1. Marahnya ibu dan ralatnya .

Pada awalnya ibu Anda marah kepada Anda karena tidak menuruti kehendaknya untuk pulang, maka dia mengucapkan kata “durhaka” kepada Anda, saat itu Anda membuat ibu marah dan karenanya Allah juga marah. Tapi kasih sayang ibu selalu lebih besar daripada amarahnya,makanya dia tidak sampai marah berkelamaan, sehingga ketika Anda tanya apakah Anda anak durhaka,maka dia mengatakan tidak, dia telah memaafkan Anda, alhamdulillah.

  1. Ayah Anda marah karena Anda jutek kepada pacarnya.

Pacaran adalah haram, dia adalah kemaksiatan. Sudah benar Anda melakukan nahi munkar dengan menjauhkannya dari kemaksiatan. Meskipun itu membuat ayah marah. Dia marah bukan karena Anda melakukan kemaksiatan,tapi marah karena sikap Anda yang menghalanginya pacaran. Marah yang seperti itu tidak membuat Anda telah berlaku durhaka dan dimurkai Allah dan berdosa, tapi merupakan kewajiban melakukan nahi munkar dan berpahala karenanya. Meskipun dampaknya Anda dimarahi orang tua. Sudah menjadi kewajiban seorang muslim mengubah dan mencegah kemungkaran,rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ï·º يَقُوْلُ: «Ù…َنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim dan Muslim]

  1. Durhaka dan kekafiran.

Durhaka adalah segala bentuk prilaku yang menunjukkan ketidaktaatan pada seseorang yang didurhakai. Ketidaktaatan itu bisa dalam bentuk perselisihan atau menyakiti hati orang yang didurhakai tersebut, baik dengan perkataan maupun perbuatan.

Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak menyebabkan kafir dan shalatnya tetap diterima Allah swt. Orang yang durhaka berdosa karena telah berbuat salah,sementara orang yang shalat berpahala. Dua amalan yang berbeda dan tidak terkait satu dengan lainya.

  1. Apakah Anda bersalah kepada ibu Anda yang telah memaafkan Anda? apakah Anda bersalah karena melakukan inkarul munkar yang dilakukan ayah Anda? Jika ibu Anda telah memaafkan dan Anda tidak bersalah dengan inkarul munkar kepada ayah Anda,maka tidak diperlukan taubat. Tapi jika Anda memiliki kesalahan lain yang tidak Anda sampaikan disini, maka meminta maaf kepada yang bersangkutan adalah kewajiban, agar Allah memngampuni dan menghapus dosa itu. Karena Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang bersalah kepada sesamanya. Orang yang tidak menyelesaikan urusannya di dunia makaa kan dibawa urusan itu keakhirat. Dihadapan Allah akan ditegakkan keadilan. Rasulullah bersabda:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).

Demikian yang bisa disampaikan . wallahu alam bishowab. (as)



-- Amin Syukroni, Lc