Dengan hormat. Saat ini kami sekeluarga mengalami kebingungan menghadapi sikap adik saya yang perempuan. Saya adalah orang Jember, tetapi tinggal di Dringu bersama kakak dan adik (karena tempat kerja kami dekat situ). Sedang Ibu saya tinggal bersama kakak ipar saya di Jember. Adik saya (Andara) menjalani hubungan / berpacaran dengan teman kuliahnya selama tiga tahun (2003 – 2006). Pacar adik saya (namanya Angga) itu sangat baik dan sopan (bahkan berpacaranannya pun hanya di rumah saja) serta jarang sekali ada konflik antara mereka (saya sangat tahu karena adik saya selalu curhat dengan saya). Karena sudah cukup lama dan dia sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, maka ibu saya memintanya untuk segera meminang adik saya itu. Dia sekeluarga pun setuju akan membicarakan masalah lamaran setelah ibu saya pulang dari ibadah haji. Dan adik saya sangat bahagia dengan rencana tersebut. Kemudian dia pergi ke Jember untuk mempersiapkan segala sesuatu sekaligus untuk menemani kakak ipar yang ditinggal ibu yang beribadah haji.
Setelah ibu datang, ibu dan Andara pergi ke Dringu untuk membicarakan masalah lamaran. Tapi masalah mulai timbul. Sikap adik berubah drastis. Andara yang dulu periang, menjadi pemurung dan sering mengurung diri. Andara yang dulu lembut, menjadi pemarah (sering membentak – bentak ibu dan saudaranya). Selain itu, dia tidak mau lagi menemui pacarnya tanpa alasan yang jelas. Namun yang paling saya tidak mengerti, adalah Andara tdak pernah mau makan bersama keluarga (dia selalu membeli makanan di luar).
Karena takut dengan perubahan sikap adik yang drastis ini, akhirnya saya pun mulai mencari tahu. Saya lalu menemui pacarnya untuk menanyakan apa ada masalah. Dan diapun menjawab tidak ada masalah. Kemudian saya menanyakan secara baik–baik kepada adik saya. Awalnya dia tidak menjawab, bahkan marah–marah dan lagi–lagi mengurung diri. Namun setelah ditanya berulang kali, akhrnya ia mengaku bahwa saat ini dia sedang berpacaran dengan temannya di Jember (namanya Mali). Dia juga bilang, awalnya dia menolak berpacaran dengan Mali walaupun berulang kali didesak. Tapi entah kenapa, dia akhirnya mau menerima cinta Mali. Dan katanya lagi, adik saya itu selalu teringat dengan wajah Mali, baik itu ketika bekerja, makan, atau ketika tidur. Dan bahkan ketika tidur selalu mengigau dan menyebut nama Mali.
Tidak puas dengan penjelasan adik saya, saya lalu menelepon kakak ipar saya di Jember. Dan kakak saya berujar, bahwa Mali sering mendatangi Andara. Dan dia selalu merayu–rayu adik saya. Namun tidak pernah diperdulikan, karena adik saya akan menikah. Akhirnya Mali menemui kakak ipar saya untuk meminta foto Andara. Karena tidak curiga, akhirnya kakak ipar saya menyerahkan selembar foto Andara ke Mali. Dan anehnya, tiga hari setelah itu, sikap adik Andara berubah menjadi baik kepada Mali, tetapi berubah menjadi buruk kepada keluarganya.
Pernah suatu hari, saya membersihkan kamar adik saya. Dan di sana saya menemukan semacam sesajian (sandingan). Selain itu, di bawah kolong tempat tidurnya ada taburan kemenyan. Penasaran dengan hal ini, saya lalu menanyakan kepada keluarga disitu tentang siapa yang meletakkan barang–barang itu di kamar adik. Tetapi tidak ada yang mengaku melakukannya. Kemudian ketika Andara datang, saya lalu bertanya kepada dia. Sambil marah–marah dia mengaku bahwa dialah yang meletakkan barang–barang itu atas perintah Mali. Kemudian dia mengunci diri di kamarnya semalaman.
Besok paginya, kakak saya akan membangunkan Andara untuk Sholat Subuh. Tetapi kakak saya terkejut, karena adik saya sudah tidak ada di kamar. Dan yang ditemukan hanyalah secarik kertas yang isinya adalah Andara pergi ke Jember untuk menemui Mali serta akan menikahinya. Khawatir dengan hal ini, kakak menelepon adik berulang kali, tetapi tidak diangkat. Akhirnya pukul 06.00 WIB kami sekeluarga pergi ke rumah Mali di Jember. Ternyata benar, adik saya ada di rumah Mali, dan saat itu Mali dan adik saya sedang berdua–duaan di kamar (orang tua Mali ada di sawah).
Akhirnya kakak saya memarahi Mali dan mengajak adik saya pulang. Namun karena adik saya tidak mau (adik saya menangis meronta – ronta), kakak saya membopongnya ke dalam mobil. Kemudian membawanya pulang ke Dringu. Sedangkan Ibu serta kakak yang lain menemui orang tua Mali dan memperingatkan Mali untuk tidak mengganggu Andara lagi. Malipun setuju untuk tidak mengulangi lagi.
Selepas kejadian itu, sikap adik semakin memprihatinkan. Dia bahkan pernah mengurung diri selama 3 hari tanpa makan dan minum. Untuk mengurangi kesedihannya, sayapun sering mengajak dia ngobrol. Walaupun tidak pernah ditanggapi, saya tetap berusaha sampai akhirnya dia berbicara. Dia mengatakan, bahwa dia minta maaf atas segala perbuatannya. Dan dia mengaku dipaksa Mali untuk melakukan hubungan suami istri, tetapi tidak jadi karena terlanjur ketahuan oleh keluarga kami. Namun dia bilang, dia akan selalu mencintai Mali dan akan berkorban apa saja demi dia.
Namun yang paling membuat kami jengkel adalah Mali selalu meneror dan mengancam kami dengan kata–kata yang tidak pantas. Dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kami melarang Andara untuk pergi ke Jember sendirian.
Suatu hari kami mendatangi seorang kyai (karena saya selalu bermimpi didatangi Mali bersama dua orang nenek tua) atas saran saudara. Dan kyai tersebut mengatakan bahwa adik saya terkena guna–guna. Karena tidak percaya begitu saja dan tidak ingin berburuk sangka, kami mendatangi dua orang kyai lain. Dan merekapun mengatakan hal yang serupa. Lalu mereka memberi kami semacam gula yang harus ditaburkan di makanan dan di depan pintu kamarnya. Tapi sepertinya adik saya tahu dengan rencana kami. Setiap pagi, dia selalu menyapu depan pintu kamarnya dan selalu membeli makanan di luar.
Ustadz, apakah betul adik saya kena guna–guna ? Sebab walaupun sikapnya aneh, tetapi dia selalu sholat dan mengaji. Kalau benar, apakah yang harus kami lakukan untuk menyembuhkan adik? Sebab kami sudah berulang kali mendatangi beberapa orang kyai, tetapi masih belum ada perubahan dengan adik saya. Kami mohon nasehatnya Ustadz.
Wa'alaikumussalam wr wb.
Kami sungguh ikut prihatin atas apa yang menimpa adik dan keluarga anda. Semoga Allah SWT berkenan untuk segera memberikan solusi yang diridhoi-Nya.
Setelah membaca apa yang telah anda ceritakan, maka kami menduga (dan tidak memastikan) berdasarkan indikasi yang terjadi pada diri adik anda, bahwa adik anda terkena guna-guna (gangguan yang berasal dari kerjasama manusia dan jin), dan karenanya kita harus super hati-hati dalam mencari solusi dan terapinya. Jauhi untuk mencari terapi alternatif yang tidak syar'i/islami. Untuk itu jangan ke orang pintar, paranormal, dukun dan ke siapa saja yang bekerja sama dengan jin atau kepada seseorang yang mengaku-ngaku mengetahui alam ghoib.
Kalau boleh kami memberi saran; dekatkan diri pada Allah dengan mengikuti aturan-Nya secara utuh dan menjauhi segala larangan-Nya, tegakkan agama Allah dalam kehidupan anda dan keluarga semua, penuhi rumah dengan ibadah, baca Al Qur'an dan dzikir, dan terapilah adik anda dengan " RUQYAH SYAR'IYYAH " (terapi yang diajarkan Rasulullah - shallallahu 'alaihi wasallam -), dengan membacakan (didekatnya) Al Qur'an dan do'a-do'a perlindungan yang diajarkan Rasululllah - shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan berkaitan dengan terapi ruqyah syar'iyyah tersebut, kami sarankan untuk minta tolong kawan kami yang ada di Jember atau Probilinggo, dan untuk itu bisa menghubungi : Ust. Khoirul Hadi, HP. 081336455262 atau Ust. Imam Mudzakkir HP. 08113532320.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa berkenan membimbing kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya dan mohon maaf atas segala khilaf.
Wallahu a'lam bishowwab. Wassalamu 'alaikum wr wb.